Penguatan Pembelajaran Bahasa Jawa tentang Ukoro Melalui Tutor Sebaya

Oleh: Sutrisno, S.S., M.Pd. Guru SMPN 1 Kersana Kab Brebes

BAHASA JAWA adalah salah satu muatan lokal pada jenjang SD, SMP, dan SMA di Jawa Tengah. Berdasarkan Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah No 424.I3242 tertanggal 23 Juli 2013 maka saat itu, mulailah masuk pada kurikulum di jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Akan tetapi, semenjak SMA dan SMK di bawah koordinasi Dinas Provinsi Jawa Tengah, keberadaan Bahasa Jawa menjadi tabu (kurang jelas).

Pasal 32 Ayat 2 UUD 1945, menyatakan bahwa negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional. Di dalam undang-undang tersebut ditegaskan bahwa tumbuhkembangnya Bahasa daerah (Jawa) tetap dipelihara dan dilindungi oleh negara,

Salah satu wujud  pemeliharaan Bahasa daerah (Jawa) yaitu dengan memasukkan Bahasa daerah (Jawa) ke dalam kurikulum sekolah. UU No 20/2003 menyebutkan bahwa penggunaan bahasa daerah diatur sebagai pelengkap penggunaan bahasa Indonesia yang diwajibkan dalam penyelenggaraan pendidikan nasional di Indonesia. Bahasa daerah boleh digunakan pada tahap awal pendidikan untuk menyampaikan pengetahuan dan keterampilan tertentu. Penggunaan Bahasa daerah (Jawa) akhirnya dapat dimasukan ke dalam kurikulum pendidikan.

Kedudukan Bahasa Jawa di dalam kurikulum sekolah sama seperti mata pelajaran yang lain. Perangkat pembelajaran mulai dari Kurikulum Bahasa Jawa,  Standar Isi, Kompetensi Dasar, bahkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran  (RPP) sudah tersedia.

Terkait dengan pengajar atau guru, rata-rata di sekolah mengalami kekurangan. Kalaupun ada, mereka kebanyakan guru honorer yang mengabdi pada sekolah-sekolah yang bersangkutan. Hal ini menjadi salah satu permasalahan dalam penyajian proses pembelajaran di kelas dalam menyampaikan pembelajaran bahasa Jawa seperti yang terjadi di SMPN 1 Kersana, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes.

Penyajian pembelajaran terkesan seadanya dan dengan model pembelajaran yang kurang menarik. Guru menyampaikan pembelajaran dengan model yang seadanya tanpa persiapan yang matang. Proses yang kurang menarik memberikan dampak kepada peserta didik mengalami kebosanan dan kejenuhan. Peserta didik kurang menikmati proses pembelajaran yang di sampaikan oleh guru.

Transformasi dan perubahan perlu segera dilakukan oleh guru termasuk guru bahasa jawa dalam menyampaikan pembelajaran. Guru harus menentukan model pembelajaran yang tepat dan sesuai jenjang pendidikan. Model pembelajaran akan sangat membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.

Rusman (2012:133) menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Salah satu model pembelajaran yang dapat di manfaatkan dalam pembelajaran bahasa jawa kelas sembilan tentang Ukara Ora Ganep (Elip) lan Ukara Ganep adalah tutor sebaya.

Tutor sebaya berarti peserta didik mengajar peserta didik lainnya atau yang berperan sebagai pengajar (tutor) adalah peserta didik. Metode pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) adalah suatu strategi pembelajaran yang kooperatif dimana rasa saling menghargai dan mengerti dibina di antara peserta didik yang bekerja bersama.

Langkah pelaksanaan pembelajaran dengan model tutor sebaya dimulai dengan guru membagi kelas kedalam dua kelompok, yaitu kelompok yang telah memahami materi pembelajaran dan kelompok sebaliknya. Setiap peserta didik dipasangkan antara kelompok pertama dan kelompok kedua. Kelompok pertama bertugas memberikan penjelasan yang mendalam tentang materi.

Menjelang akhir pembelajaran, guru memberikan evaluasi kepada kelompok kedua. Poin yang didapat dari kelompok kedua mempengaruhi hasil akhir dari pembelajaran. Penerapan model pembelajaran ini ternyata sangat memberikan manfaat bagi seluruh peserta didik.

https://jateng.tribunnews.com/2022/01/26/penguatan-pembelajaran-bahasa-jawa-tentang-ukoro-melalui-tutor-sebaya#google_vignette